Laskar Pelangi The Movie udah beredar mulai tanggal 25 September 2008. Film yang disutradai Riri Riza ini diramalkan bakalan laris manis seperti bukunya yang ditulis oleh Andrea Hirata. Dan aku rasa ramalan itu tepat juga. Ditambah lagi, film ini diproduseri oleh Mira Lesmana. Wah, kebayang ga tuh serunya?
Jujur kaja, sebelum aku nonton filmnya, aku rada takut juga. Takut apa yang ada di film dengan yang ada di buku itu beda jauh. Aku sudah beberapa kali menonton film yang diangkat dari buku, dan ternyata yang aku dapat cuma perasaan kecewa. Makanya, aku berharap besar banget sama film ini.
Di film Laskar Pelangi, ada juga artis-artis yang emang udah “punya nama”. Kayak Cut Mini Theo, Rieke Dyah Pitaloka, Lukman Sardi, Ikranagara, Slamet Rahardjo, Tora Sudiro, dan masih banyak lagi. Tentu saja, artis-artis ini sudah berpengalaman dalam memainkan suatu peran. Misalnya saja, Cut Mini yang berperan sebagai Bu Mus. Dari apa yang aku lihat, Cut Mini udah memerankan Bu Mus dengan baik. Rasa kesabaran dan ketangguhannya untuk mengajar sangat terasa saat ia memainkan perannya. Tapi, di film ini mereka semua tidak menjadi pemeran utamanya. Karena seluruh pemeran utamanya dimainkan oleh anak Belitong asli yang berbakat ini.
Pemeran utama yang sangat utama, yaitu Ikal (Andrea Hirata) saat masih kecil, diperankan sangat baik oleh Zulfani Fasa. Anak seorang tukang jam keliling yang siapa sangka kini ia bisa main film layar lebar di saat ia baru berkenalan dengan dunia pertelevisian. Zulfani berakting seakan ia memang sudah biasa menjalankan kegiatan itu. Tidak jauh berbeda dengan artis-artis cilik Jakarta yang sering muncul di televisi.
Peran si jenius Lintang dimainkan oleh Ferdian. Menjalani peran seseorang yang memang ditakdirkan jenius memang susah. Karena itulah, entah kenapa aku merasa, Lintang yang digambarkan di film tidak kelihatan sepintar yang diceritakan Andrea di bukunya. Tapi, itu bukanlah masalah. Karena adegan-adegan lainnya berhasil dimainkan Ferdian dengan mulus. Misalnya, saat ia harus mengayuh sepedanya sejauh 40 km untuk mencapai sekolahnya, jujur nih aku suka ngerasa trenyuh kalau ngelihat adegan itu.
Kebalikan dari Lintang tentulah Mahar. Bukan berarti kalau Lintang jenius, kebalikannya berarti... Mahar bodoh? Bukaaan!! Mahar juga jenius, tapi di bidang lain. Yaitu di bidang kesenian. Dan peran ini dimainkan sukses oleh Veris Yamarno. Veris memainkan perannya dengan sangat meyakinkan. Jiwa seni Mahar seakan-akan dibiaskan oleh Veris. Sangat kerasa! Apalagi di adegan saat Mahar diharuskan menentukan tema untuk karnaval 17 Agustus, Veris memainkan perannya sangat baik dengan berlari-lari di sebidang tanah. Kebiasaannya membawa radio kemana-mana dan juga memanggil teman-temannya dengan sebutan “Boy” merupakan hiburan tersendiri buat aku saat menonton film Laskar Pelangi.Di salah satu adegan film, Veris memang sempat menyanyi, jangan heran kalau suaranya emang bagus. Ternyata Veris memang penyanyi Melayu beneran!
Teman-teman Ikal yang lain seperti Sahara (Dewi Ratih Ayu Safitri), A Kiong (Suhendri), Kucai (Yogi Nugraha), Borek (Febriansyah), Syahdan (M. Syukur Ramadan), Trapani (Suharyadi Syah Ramadan) dan Harun (Jeffry Yanuar) juga diperankan dengan sangat baik. Mereka memainkan perannya seakan-akan itu memang cerita mereka. Kisah hidup mereka. Akting mereka kelihatan sangat alami, tidak dibuat-buat dan seakan-akan tidak membaca naskah. Mungkin ini kali ya yang disebut bakat?
Film yang diproduksi oleh Miles Film Production & Mizan Production ini didukung oleh lagu soundtrack yang bikin kita tambah merinding karena terharu. Penyanyi-penyanyi dan band seperti Nidji, Netral, Gugun “Gugun & the Bluesbug”, Gita Gutawa dan Sherina ikut nimbrung nyanyi untuk film ini. Misalnya lagu Laskar Pelangi yang dinyanyikan Nidji, lagu Tak Perlu Keliling Dunia dari Gita Gutawa dan Sahabat Kecil dari Ipang dapat kita nikmati di film spektakuler ini. Jangan lupa juga dengerin lagu Melayu yang berjudul Bunga Seroja yang dinyanyikan Veris Yamarno, sang pemeran Mahar saat menemani Ikal yang sedang jatuh cinta.
Syuting film ini, semuanya dilakukan di Belitong. Ini juga permintaan dari sang penulis, Andrea Hirata. Proses syutingnya cukup lama juga yaitu dari 22 Mei sampai 3 Juli 208.
Selama menonton film ini, ekspresi yang aku tampilkan berbeda-beda. kadang jadi senyum-senyum sendiri, kadang tertawa, kadang menampilkan muka kasihan, sampai yang namanya menitikkan air mata. Hal ini membuktikan bahwa film ini sudah berhasil menyentuh emosi sang penonton. Sama seperti bukunya. Jujur, aku ga merasa menyesal sedikit pun telah menonton film ini.
Ada banyak adegan yang membuat aku menobatkan adegan itu sebagai adegan paling keren dalam ingatanku. Seperti:
1. Waktu kesepuluh Laskar Pelangi berlarian di antara bebatuan untuk bisa melihat pelangi. Pengen banget rasanya ngerasain kayak gitu juga..
2. Pas kesepuluh Laskar Pelangi main perosotan pake pelepah pisang. Menyenangkan melihat mereka tertawa gitu
3. Waktu Mahar nyanyi dan teman-temannya yang lain berjoget sambil bilang “Aaaahh...”. Lucu banget!
4. Pas Ikal dan teman-temannya kegatelan waktu karnaval 17 Agustusan!
5. Pada saat cerdas cermat, Mahar udah mau ngejawab tapi gara-gara difoto, dia jadi kaget dan lupa mau jawab apa. Lucuu!
6. Di akhir film, diliatin kayak flashback waktu mereka semua masih sekolah dan dipimpin Bu Mus untuk menyanyikan lagu rukun iman sambil bertepuk tangan. Sooo sweet..
Laskar Pelangi – Nidji
Mimpi adalah kunci
Untuk kita menaklukkan dunia
Berlarilah tanpa lelah
Sampai engkau meraihnya
Laskar Pelangi
Tak kan terikat waktu
Bebaskan mimpimu di angkasa
Warnai bintang di jiwa
Reff:
Berlarilah dan terus tertawa
Walau dunia tak seindah surga
Bersyukurlah pada yang kuasa
Cinta kita di dunia
Selamanya
Cinta kepada hidup
Memberikan senyuman abadi
Walau hidup kadang tak adil
Tapi cinta lengkapi kita
*Reff
Laskar Pelangi
Tak kan terikat waktu
29 septembre 2008
Laskar Pelangi The Movie
Inscription à :
Publier les commentaires (Atom)
0 comment(s):
Enregistrer un commentaire